ARTIKEL INI DIMUAT HARIAN RADAR LAMPUNG, KAMIS, 13 JANUARI 2011
Tak dapat
dipungkiri bahwa sebagian besar kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi
dilakukan melalui penugasan membuat karya tulis bagi mahasiswa. Bagi mahasiswa
program sarjana, diwajibkan membuat suatu tugas akhir dalam bentuk skripsi. Tugas
menyusun skripsi bagi mahasiswa pada hakikatnya adalah proses pematangan
seluruh hasil belajar selama di perguruan tinggi. Skripsi mencakup kemampuan mengidentifikasi,
menemukan masalah prioritas, memilih metode pemecahan masalah, melakukan
analisis dan menarik kesimpulan. Semuanya dalam bentuk tertulis!
Sudah lumrah
mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang jenisnya menulis. Kita
terbiasa dengan tradisi lisan, mengobrol, bergosip dan sejenisnya. Karena itu untuk
dapat menulis perlu proses belajar. Belajar membutuhkan proses panjang, tidak
instan. Belajar membutuhkan ketekunan, keuletan, dan kesabaran. Belajar bukan
hanya membuat siswa atau mahasiswa dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi belajar
adalah membentuk suatu perubahan yang bersifat relatif tetap (permanen) dalam
diri si belajar. Perubahan yang dimaksud bisa berupa pengetahuan, sikap,
keterampilan, atau kemampuan melakukan aktivitas tertentu.
Perlu Kesabaran
Jadi
membelajarkan mahasiswa untuk menyusun skripsi pun harus dengan sikap
kesabaran, ketekunan, dan keuletan. Mahasiswa pun harus menyiapkan diri untuk
belajar, dan tidak mudah tergoda jalan pintas selesai tugas dan menyusun skripsi
asal-asalan.
Biasanya
perguruan tinggi memiliki aturan main terkait dengan tugas mahasiswa menyusun
skripsi. Masing-masing pihak, mahasiswa dan dosen, memiliki hak-hak dan
kewajiban-kewajiban. Ada
juga norma-norma yang harus dipenuhi, termasuk sanksi apabila ada yang
melanggar norma. Segala aturan
yang berhubungan dengan proses penyusunan skripsi bagi mahasiswa adalah
instrumen atau alat untuk menjadi rambu-rambu agar mahasiswa dapat
menyelesaikan studinya.
Stereotipe yang
berkembang adalah bahwa menulis skripsi itu sulit, lama, dan berbelit-belit.
Ini memang agak merisaukan. Jika pandangan bahwa menulis skripsi itu sulit,
akibatnya adalah munculnya “broker” atau pihak-pihak yang menawarkan jasa. Yang
terjadi selanjutnya adalah mekanisme pasar; ada permintaan, ada penawaran. Kalau
sudah demikian, agak sulit menemukan pihak yang dapat dianggap salah. Fenomena skripsi
yang dibuatkan oleh orang lain, sebenarnya sudah sering mencuat ke permukaan.
Di masa lalu, sekitar 1990-an, mereka yang terlibat dalam pembuatan skripsi
mungkin masih sedikit dan kegiatannya sembunyi-sembunyi. Sekarang, seiring
dengan pertambahan jumlah mahasiswa dan arus informasi yang sedemikian deras, praktik
percaloan skripsi mudah sekali diidentifikasi.
Bagi mereka yang
berpengalaman melakukan kegiatan penelitian, mengenali skripsi asli tapi palsu
yang disodorkan mahasiswa adalah sangat mudah. Banyak indikator yang dapat
dijadikan dasar dalam menilai karya tulis seseorang itu asli atau setengah
asli, atau palsu.(lanjut*****)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar