Rabu, 03 April 2013

Tantangan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum baru akan diimplementasikan, mulai tahun pelajaran 2013.2014. Penerapannya pun secara bertahap untuk kelas-kelas awal. Dan khusus di tingkat SD, termasuk kelas IV. Ini untuk menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran siswa.
Tapi, suara penolakan masih terus terdengar. Salah satunya datang dari Koalisi Tolak Kurikulum 2013. Koalisi yang dimotori Indonesian Corruption Watch mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi, (KPK) dan meminta lembaga itu turut mengawasi anggaran implementasi kurikulum baru. Koalisi juga mendatangi DPR dan meminta wakil rakyat memeriksa ulang rencana anggaran. Tujuannya, agar tidak ada penyelewengan anggaran, mengingat besarnya biaya untuk implementasi kurikulum (kompas.com. 26/03).  Jadi ini masalah efisiensi dan transparansi anggaran.Sedangkan pemerintah dan DPR belum sepakat bulat terhadap kurikulum 2013, meskipun sesungguhnya itu hanya bersifat artifisial dan prosedural.
Argumen lain dari pihak-pihak yang menolak implementasi kurikulum 2013 adalah karena tidak ada kajian mendalam, tidak ada evaluasi secara komprehensif atas kurikulum sebelumnya, uji publik dalam waktu yang singkat dan disinyalir hanya formalitas
Perdebatan yang bersifat dialektis dan filosofis, akan tetap ada, karena dalam penyusunan kurikulum tersedia banyak konsep dan teori. Terlebih, suatu kurikulum menyangkut berbagai aspek, termasuk sosial, ekonomi, budaya, teknologi.
Penolakan dan dukungan terhadap kurikulum 2013 lebih merujuk pada sudut pandang sektoral. Mereka yang berkecenderungan pada sikap politik tertentu akan menyoroti kurikulum sebagai komoditas politik. Sebagian lainnya menolak dengan alasan kurikulum 2013 tidak dipersiapkan secara matang.
Implementasi
Suka atau tidak, kurikulum 2013 akan menjadi pedoman pendidikan di tanah air. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah melakukan berbagai sosialisasi. Berbagai persiapan, seperti penyiapan pelatihan guru, buku pegangan guru, buku paket untuk siswa , dan sebagainya.
Disadari bahwa guru merupakan kunci utama keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, harapan keberhasilan pendidikan sering dibebankan pada guru. Salah satu hal mendasar yang penting disikapi oleh guru adalah kesiapan mental terhadap perubahan. Guru tidak boleh terjebak dalam rutinitas dan formalitas. Masih banyak guru yang enggan mengupdate informasi atau meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait profesi.  Di lapangan masih banyak guru yang belum selesai dengan urusannya sendiri. Masih sibuk untuk hal-hal yang di luar konteks menciptakan pembelajaran yang efektif.   
Globalisasi telah menembus batas-batas ruang dan waktu. Dinamika yang demikian cepat di bidang teknologi dan informasi, menuntut tindakan antisipasi dan adaptasi yang cepat. Perkembangan sosial budaya, pengetahuan, teknologi,  telah membawa kehidupan siswa pada suatu tahapan kehidupan yang lebih cepat dari usianya.
Substansi  suatu kurikulum adalah program pendidikan yang bertujuan membentuk siswa berkarakter, bertanggung jawab, pantang menyerah, dan tertanam jiwa nasionalisme.
Penerapan kurikulum 2013 menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru untuk mewujudkan cita-cita pendidikan. Tenaga pendidikan dan kependidikan ditantang untuk menjembatani kondisi ideal dan kondisi nyata dunia pendidikan.
Evaluasi
Model dan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa sebenarnya sudah dikenalkan sejak akhir 1980-an. Dulu dikenal istilah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Dan sampai kini, model dan pendekatan CBSA sebenarnya juga masih menjadi perhatian utama. Tapi sampai di mana praktik itu mencapai tujuan hakikinya?. Siswa aktif itu seperti apa? Bagaimana mau aktif, kalau gurunya saja masih seperti dulu, seperti dulu dia diajar oleh gurunya.
Sekarang yang diperlukan adalah optimalisasi peran guru. Selain itu juga partisipasi dan keterlibatan semua komponen masyarakat. Dunia pendidikan harus fokus mengerahkan sumber daya kependidikan untuk implementasi kurikulum. Segala sumber daya harus dikelola sesuai kaidah-kaidah pedagogik dan ilmiah.
Guru harus mengikuti perubahan dengan mengubah pola pikir terbuka terhadap perubahan. Guru wajib mengikuti atau disertakan dalam program pelatihan dan pengembangan profesi yang bersifat periodik. Guru dan tenaga kependidikan hendaknya dapat mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, maupun  kunjungan studi. Guru secara pribadi, dan sekolah secara kelembagaan, harus mencari solusi  dan langkah-langkah strategis agar guru dapat mengikuti berbagai program peningatan pengetahuan dan keterampilan guna menunjang pembelajaran. Guru secara pribadi juga harus termotivasi dan tak segan mengeluarkan biaya untuk pengembangan potensi didi. Studi banding penting untuk memperoleh patokan atas apa  yang telah dilakukan dan apa-apa saja yang dilakukan oleh sekolah lain. Guru juga perlu menambah durasi membaca buku atau hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran dan pendidikan. Sekolah hendaknya dapat memiliki majalah pendidikan dan media komunikasi bagi guru yang idealnya menjadi sarana penyebarluasan informasi dan berbagi pengalaman. 
Reorientasi forum guru seperti MGMP diari orientasi proyek ke orientasi proses dan kinerja. Di beberapa daerah, MGMP lebih bersifat formalistis dan berorientasi proyek. Secara konseptual forum sejawat semacam MGMP merupakan media yang efektif untuk penyebarluasan informasi dan pengetahuan tentang profesi. Dukungan pemerintah terhadap MGMP seharusnya berorientasi pada proses dan kinerja kegiatan.  Melalui forum seperti itu akan lahir inovasi dan pembaruan-pembaruan yang belum pernah ada. Forum sejawat juga menjadi pijakan bagi loncatan pengetahuan dan pengalaman para guru. (Bandar Lampung, Kamis, 28 Maret 2013)