Siapa peduli perpustakaan? Pertanyaan ini tak berlebihan
jika kita menelisik lebih jauh terhadap aktivitas di perpustakaan dan apa yang
ada dalam perpustakaan. Kemajuan dan perkembangan yang terjadi di dalam perpustakaan
agaknya kalah dengan dinamika yang terjadi di luar perpustakaan. Kontek dari
pernyataan ini adalah dalam hal penggunaan media teknologi komunikasi dan
informasi untuk memperoleh pengetahuan baru.
Dalam beberapa waktu terakhir, Radar Lampung kerap
memberitakan tentang keprihatinan terhadap perpustakaan. Seminar yang diselenggarakan oleh Program
Studi D3 Perpustakaan Unila pada 3 Mei
seperti dilaporkan Radar Lampung (4/5) menyebutkan masih adanya anggapan
miring terhadap perpustakaan. Salah satu kuncinya adalah dengan meningkatkan
profesionalisme pustakawan dan terus melakukan sosialisasi fungsi perpustakaan. Pemberitaan terutama secara kuantitatif masih kurangnya
jumlah perpustakaan, sebaran lokasi perpustakaan, dan koleksi serta
pengelolaan. Contoh terakhir, di Bukit Kemuning, dari 22 SD, hanya ada satu
yang memiliki perpustakaan (Radar Lampung, 11/5). Sebelumnya diberitakan ada pembangunan
gedung yang terbengkalai di beberapa kabupaten. Atensi terhadap perpustakaan datang dari anggota DPD asal
Lampung Ahmad Jajuli, yang mengatakan Lampung lalai perhatikan perpustakaan (Radar
Lampung, 16/4).
Permasalahan yang dihadapi pada beberapa sekolah adalah
minimnya perpustakaan, baik dari keberadaan ruangan yang dikhususkan untuk
perpustakaan, koleksi buku-buku, dan pengelolaannya. Memang, pertanyaan yang menggelitik adalah
bagaimana kita memberikan atensi, partisipasi, dan dukungan bagi perpustakaan
yang baik. Setiap institusi pendidikan, memiliki
tanggung jawab menyediakan sarana perpustakaan yang memadai. Ini diamanahkan
dalam UU No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. (lanjut*****)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar