(Artikel ini dimuat RADAR LAMPUNG, Rabu, 2 November 2011)
Sebagian perilaku
pelajar yang tampak, dinilai sudah semakin menjauh dari nilai-nilai dan budaya
bangsa. Degradasi moral terwujud dalam aksi kekerasan, tawuran, pornografi, dan
merosotnya etika. Kasus-kasus semacam ini masih saja terjadi, dan bukan
monopoli pelajar di perkotaan. Beberapa waktu terakhir, kasus video mesum dan
tindakan asusila bahkan terjadi di sekolah yang tergolong di daerah pinggiran.
ADA keprihatinan, kegelisahan, dan
gugatan. Ada anggapan pendidikan cenderung hanya menekankan pada aspek
kecerdasan, dan mengabaikan aspek lainnya. Institusi sekolah menjadi ujung
tombak untuk menangkal perilaku negatif, dan bahkan hakikatnya untuk membentuk
sifat-sifat positif dalam diri siswa.
Kini muncul tuntutan yang menekankan pentingnya pendidikan
budaya dan karakter bangsa. Istilah yang dikenal sekarang adalah Pendidikan Karakter
Bangsa. Implementasinya melalui pendidikan di persekolahan. Ia tidak merupakan
materi pelajaran tersendiri, karena merupakan pendidikan nilai yang bersifat
pengembangan. Jadi memerlukan waktu yang cukup panjang untuk melihat hasilnya.
Pendidikan karakter melekat pada semua pelajaran dan tindakan
pendidikan. Model pendidikan karakter berbeda dengan mata pelajaran. Ia menjadi
bagian dari seluruh proses pembelajaran.
Salah satu persyaratan untuk keberhasilan pelaksanaan
pendidikan karakter adalah keterampilan guru dan pendidik serta adanya minat
dan kemauan dari peserta didik.(*****lanjut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar