Jumat, 27 Januari 2012

MASA DEPAN MEDIA CETAK


(ARTIKEL INI DIMUAT RADAR LAMPUNG, SABTU, 04 FEBRUARI 2012)
Sekitar dua dekade lalu, ada futurolog yang memprediksi bahwa dalam beberapa tahun mendatang impian dunia tanpa kertas (paperless) akan terwujud. Maksudnya, penggunaan kertas untuk bahan bacaan akan sangat sedikit. Tetapi, banyak juga yang tak sepakat dengan prediksi itu. Dan kini, ternyata, kebutuhan akan kertas tetap tinggi dan cenderung bertambah.

PREDIKSI terhadap dunia tanpa kertas didasarkan pada perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Memang sekarang terwujud media baca elektronik (e-reader) dan pengalihan materi bacaan ke bentuk digital. Tapi faktanya, kebutuhan akan kertas tetap saja tinggi.
Setiap hari jutaan eksemplar koran beredar di seluruh penjuru dunia. Itu belum termasuk terbitan berupa majalah, buku, brosur, barang cetakan untuk perkantoran, pendidikan, hiburan, dan sebagainya.
Prediksi tentang dunia tanpa kertas bukanlah ramalan yang meleset. Dunia tanpa kertas adaIah paralel dengan dunia yang memanfaatkan kertas. Makin banyaknya orang yang menggunakan perangkat baca elektronik, sesungguhnya, secara manfaat telah mengurangi kebutuhan kertas.
Paling tidak ada dua faktor mengapa kertas masih dibutuhkan dalam jumlah besar sebagai sarana komunikasi, yaitu faktor budaya dan faktor teknis. Faktor budaya merupakan salah satu alasan mengapa kita masih senang membaca media yang tercetak. Membaca koran, buku, atau majalah, secara fisik sudah menjadi kebiasaan.
Sedangkan faktor teknis adalah bahwa barang cetakan, dokumen, formulir-formulir, dimanfaatkan dengan alasan dapat dilihat secara fisik, disimpan dan dilihat kembali di kemudian hari jika diperlukan, dan sebagai media komunikasi. (*****lanjut)

Tidak ada komentar: