(Artikel ini dimuat RADAR LAMPUNG, Jumat, 13 Januari 2012)
Belakangan ini, mencuat polemik tentang peran pers dalam derap nadi
kehidupan. Ada yang mempersoalkan eksistensi pers dalam relasi dengan
hak-hak pribadi, ada yang menggugat interaksi pers dengan narasumbernya,
pemilik modalnya, dan pemerintah.
SULIT diingkari bahwa hari-hari masyarakat modern senantiasa dihiasi
dengan hilir-mudiknya aneka informasi. Segala informasi menerpa setiap
orang, setiap waktu. Inilah yang disebut banjir informasi.
Peran
pers dipertanyakan, terkait dengan apakah menjadi penggiring opini
publik sebagai wahana penyampaian informasi bagi kepentingan publik,
dijadikan alat kepentingan kelompok, atau sekadar alat pemuas bagi
pemilik modal.
Dari sisi fungsi, pers idealnya adalah media
komunikasi massa yang menjadi penyalur suara rakyat, penyampai pesan
dari dan ke publik, dan menyampaikan informasi yang berguna bagi publik.
Bukan hanya menjadi corong penyuara kelompok kepentingan maupun
menyampaikan informasi pemerintah secara sepihak. Pers pun tidak boleh
kehilangan daya kritis di hadapan kekuasaan maupun pemodal.
Jiwa
pers adalah mencari kebenaran, memihak yang lemah, serta mengupayakan
penghapusan penzaliman suatu kelompok terhadap kelompok lain. Semua itu
dilandasi dengan sikap tanggung jawab, taat asas, menjunjung tinggi
etika, dan jiwa besar. (*****lanjut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar