Secara filosofis, kemajuan di bidang teknologi
harusnya menjadi berkah bagi kemanusiaan. Ia memberi kemudahan bagi aktivitas
manusia. Ia semakin membawa umat manusia pada martabat yang lebih tinggi. Tapi
kenyataannya, masih saja dijumpai adanya penyimpangan penggunaan teknologi,
khususnya informasi.
BETUL pernyataan bahwa teknologi ibarat pedang bermata dua.
Ia bisa menjadi senjata tetapi sekaligus juga membahayakan diri sendiri. Ia
bisa dijadikan sarana memajukan masyarakat, tetapi juga bisa menjadi alat
kejahatan.
Kasus
beredarnya video kekerasan dan aksi porno yang melibatkan pelajar masih saja
terjadi. Bahkan terjadi di daerah yang tergolong pinggiran. Artinya, dampak
negatif itu sudah tidak mengenal tempat lagi.
Kasus yang
sempat mencuat tentu menjadi keprihatinan tersendiri. Jangan sampai kejadian
serupa terulang. Di kalangan pelajar, penggunaan teknologi informasi rentan
disalahgunakan jika tanpa pengawasan yang memadai.
Dampak
negatif lain yang juga perlu diwaspadai adalah hilangnya waktu dan kesempatan,
gangguan kesehatan, dan merosotnya nilai moral. Bagi anak-anak, durasi yang
berlebihan dalam penggunaan perangkat teknologi tersebut juga dapat mengganggu
kemampuannya berinteraksi sosial secara wajar.
Sekarang,
tumbuh kesadaran pentingnya pengawasan penggunaan teknologi informasi bagi
anak-anak. Sikap bijaksana menjadi tumpuan dalam penggunaan teknologi.
Penggunaan teknologi harus mempertimbangkan nilai manfaat yang diperoleh.
Memang,
harus diakui, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memuat nilai manfaat
yang luar biasa. Ia telah menjadi magnet dalam kehidupan masyarakat modern.
Melalui teknologi, informasi apa saja menerpa setiap orang, setiap saat,
sepanjang hari. Informasi itu datang baik diminta maupun tidak diminta.
Informasi menyebar melalui televisi, radio, internet, sms, koran, majalah,
buku, lembaga pendidikan, maupun orang.
Idealnya
kemajuan di bidang TIK memberi dampak bagi peningkatan pengetahuan, efektivitas
dan efisiensi pembelajaran di lembaga pendidikan, dan memudahkan pekerjaan
setiap orang. Dengan informasi, dapat terbangun suatu tatanan masyarakat yang
memiliki kesadaran hidup bersama dan mampu beradaptasi terhadap perubahan.
Informasi harus
menjadi basis sumber kekuatan (power) dan spirit perubahan, melalui perolehan
pengetahuan, dan kecepatan mengambil keputusan yang tepat untuk suatu masalah.
Persoalannya
adalah bagaimana informasi itu dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk
kemaslahatan. Di lembaga pendidikan misalnya, kemajuan penggunaan komputer dan
internet menjadikan dunia pendidikan juga mengalami akselerasi kemajuan yang
semakin baik.
Penggunaan
komputer dan internet di sekolah seharusnya membantu memudahkan siswa untuk
mempelajari berbagai hal. Ia menjadi sarana penunjang pembelajaran yang mampu
menembus batas ruang dan waktu. Siswa kemudian juga dapat melakukan
pembelajaran di mana pun dan kapan pun. Ini berarti terciptanya kesempatan yang
sama bagi setiap orang.
Teknologi
informasi semestinya mengefektifkan guru dalam memfasilitasi pembelajaran
siswanya dan memudahkan guru dalam merancang pembelajaran. Berbagai perangkat
teknologi informasi hendaknya termanfaatkan untuk menggairahkan semangat
belajar dan melejitkan kreativitas siswa di berbagai bidang peminatan mereka.
Selain itu
teknologi informasi harus menjadi perekat persatuan bangsa melalui
penyebarluasan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa. Menumbuhsuburkan kemampuan
analisis obyektif dan membiasakan “tradisi kualitas”. Untuk itu guru dan
pendidik dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan serta bijaksana dalam
memanfaatkan teknologi informasi.
Para
pendidik memiliki tugas tambahan membimbing dan mengarahkan kepada anak didik
tentang bagaimana bijaksana menggunakan teknologi informasi. Penggunaan
internet, situs jejaring sosial, handphone, etika bertelepon, etika ber-sms,
dan sebagainya. Para orang tua pun perlu lebih bijaksana dan memberikan
pendampingan putra-putrinya dalam menonton acara televisi. Orang tua juga harus
selektif memilih jenis tayangan dan membimbing penggunaan perangkat handphone,
internet, dan komputer.
Setiap orang
sekarang dituntut untuk mampu memfilter dan menggunakan informasi yang
diperolehnya untuk pengembangan potensi diri. Pengetahuan dan informasi harus
menambah daya saing individu, sehingga pada akhirnya membangun daya saing
bangsa. Membangkitkan semangat kerja produktif dan etos kerja.
Kemajuan
teknologi informasi yang membuka cakrawala dunia juga berarti masuknya nilai-nilai
dan budaya dari luar, yang bahkan ada nilai-nilai dan budaya dari luar itu
bertentangan dengan nilai-nilai dan budaya bangsa. Bahkan bertentangan dengan
ajaran agama.
Sebagai
dampak teknologi, informasi kini merangseng ke ruang-ruang pribadi dan mencuri
perhatian dan waktu setiap orang. Sekali lagi, di sinilah pentingnya kemampuan
memfilter nilai informasi dan melakukan pilihan terhadap manfaat informasi.
Melalui
media televisi, kini kita seakan-akan dipaksa mengikuti selera pasar. Televisi
setiap saat menyuguhkan informasi yang bersifat konsumtif dan hiburan yang bisa
jadi pemicu sikap destruktif bagi penontonnya. Arus informasi verbal dan
contoh-contoh tindakan maupun perilaku dalam acara televisi tidak semuanya
sesuai dengan usia penontonnya dan taraf perkembangan jiwanya.
Banyak
sinetron menampilkan gaya hidup glamour, hedonis, dan teramat mudah dalam
meraih kekayaan material. Reality show
menyajikan adegan kekerasan, meskipun itu hanya hiburan. Materialisme lebih
menonjol daripada nilai-nilai perjuangan dan semangat bersaing secara sehat.
Kenikmatan hidup sesaat dalam tayangan, bertolak belakang dengan realitas
keseharian penontonnya. Gaya hidup instan dan serba mudah mencekoki benak dan
otak penontonnya. Selain itu juga sajian kekerasan, baik kekerasan fisik maupun
kekerasan yang sifatnya verbal, juga memiliki daya pengaruh terhadap
penontonnya.
Menonton
acara televisi tidak masalah, yang jadi masalah adalah isi tayangan itu yang
tidak sesuai dengan masa perkembangan jiwa anak. Apalagi waktu anak di rumah
lebih banyak dibanding keberadaan mereka di sekolah. Jangan sampai, perangkat
teknologi itu disalahgunakan justru lebih banyak untuk game, atau akses situs
dewasa.
Generasi
muda harus terhindar dari dampak negatif informasi. Anak-anak usia sekolah
adalah masa emas (golden age) untuk menumbuhkan karakter kebangsaan dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Untuk
memerangi dampak negatif penggunaan teknologi informasi, perlu peran dari
banyak pihak, guru, pendidik, orang tua, penyedia jasa hiburan, pengembang
teknologi, pengelola media massa, figur publik, tokoh masyarakat, tokoh agama.
Semua pihak memberikan kontribusi strategis terhadap perang melawan
penyalahgunaan penggunaan teknologi informasi melalui keteladanan sikapnya. Keteladanan
yang baik harus lebih menjadi referensi bagi anak-anak, dibandingkan terpaan
arus informasi konsumtif dan destruktif. (26 September 2011)