Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sekarang menjadi magnet dalam
kehidupan masyarakat modern. Melalui teknologi, informasi apa saja menerpa setiap
orang, setiap saat, sepanjang hari. Informasi itu datang baik diminta maupun
tidak diminta. Media penyebaran informasi itu berupa televisi, radio, internet,
sms, koran, majalah, buku, lembaga pendidikan, maupun orang.
Idealnya kemajuan di bidang TIK memberi dampak bagi peningkatan
pengetahuan, efektivitas dan efisiensi pembelajaran di lembaga pendidikan, dan
memudahkan pekerjaan setiap orang. Dengan informasi, dapat terbangun suatu
tatanan masyarakat yang memiliki kesadaran hidup bersama dan mampu beradaptasi
terhadap perubahan.
Makna penting informasi
adalah bahwa ia merupakan sumber kekuatan (power). Artinya, ia menjadi
spirit perubahan, melalui perolehan pengetahuan, dan kecepatan mengambil
keputusan yang tepat untuk suatu masalah.
Persoalannya adalah bagaimana informasi itu dapat digunakan
dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan. Di lembaga pendidikan misalnya, kemajuan
TIK menjadikan dunia pendidikan juga mengalami akselerasi kemajuan yang semakin
baik. Ia seharusnya membantu memudahkan belajar siswa di sekolah. Ia menjadi
sarana penunjang pembelajaran yang mampu menembus batas ruang dan waktu. Siswa
dapat melakukan pembelajaran di mana pun dan kapan pun. Ini berarti terciptanya
kesempatan yang sama bagi setiap orang.
Idealnya, TIK mampu mengefektifkan guru dalam memfasilitasi
pembelajaran siswanya. Memudahkan guru dalam merancang pembelajaran. TIK dan
berbagai perangkatnya hendaknya termanfaatkan untuk menggairahkan semangat
belajar dan melejitkan kreativitas siswa di berbagai bidang peminatan mereka.
TIK juga harus menjadi perekat persatuan bangsa melalui
penyebarluasan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa. Selain itu juga seharusnya menyuburkan
kemampuan analisis obyektif dan membiasakan “tradisi kualitas”. Untuk itu guru
dan pendidik dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan serta bijaksana dalam
memanfaatkan teknologi informasi.
Permasalahan lain TIK adalah bagaimana orang mampu
memfilter dan menggunakan informasi yang diperolehnya untuk pengembangan
potensi diri dan menambah daya saing individu, sehingga pada akhirnya membangun
daya saing bangsa.
Kini kita seakan-akan dipaksa mengikuti selera pasar.
Televisi setiap saat menyuguhkan informasi yang bersifat konsumtif dan hiburan
yang bisa jadi pemicu sikap destruktif bagi penontonnya. Arus informasi verbal
dan contoh-contoh tindakan maupun perilaku dalam acara televisi tidak semuanya
sesuai dengan usia penontonnya dan taraf perkembangan jiwanya.
Banyak sinetron menampilkan gaya hidup glamour, hedonis,
dan teramat mudah dalam meraih kekayaan material. Reality show menyajikan adegan kekerasan, meskipun itu hanya
hiburan. Materialisme lebih menonjol daripada nilai-nilai perjuangan dan
semangat bersaing secara sehat. Kenikmatan hidup sesaat dalam tayangan, tidak
seiring realita keseharian penontonnya. Gaya hidup instan dan serba mudah
mencekoki benak dan otak penontonnya. Selain itu juga sajian kekerasan, baik
kekerasan fisik maupun kekerasan yang sifatnya verbal, juga memiliki daya
pengaruh terhadap penontonnya.
Para orang tua perlu lebih bijaksana dan memberikan
pendampingan putra-putrinya dalam menonton acara televisi. Artinya, orang tua
juga harus selektif memilih jenis tayangan. Menonton acara televisi tidak
masalah, yang jadi masalah adalah isi tayangan itu yang tidak sesuai dengan
masa perkembangan jiwa anak. Apalagi waktu anak di rumah lebih banyak dibanding
keberadaan mereka di sekolah.
Demikian pula dalam membimbing penggunaan perangkat handphone,
internet, dan komputer. Jangan sampai, perangkat teknologi itu disalahgunakan justru
lebih banyak untuk game, atau akses
situs dewasa. Bagi anak-anak, durasi yang berlebihan dalam penggunaan perangkat
teknologi tersebut juga dapat mengganggu kemampuannya berinteraksi sosial
secara wajar.
Selain itu, keteladanan dari tokoh masyarakat, figur
publik, para pendidik, dan para orang tua menjadi sangat penting dalam rangka
membekali generasi muda dari dampak negatif era informasi. Generasi muda dan
anak-anak usia sekolah adalah masa emas (golden age) untuk menumbuhkan
karakter kebangsaan dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Keteladanan dari para tokoh masyarakat itu harus melebihi
kapasitas kemampuan terpaan informasi yang negatif sebagai akibat dari kemajuan
teknologi komunikasi. Keteladanan yang baik harus lebih menjadi referensi bagi
anak-anak, dibandingkan terpaan arus informasi konsumtif dan destruktif.
Keteladanan mencakup sikap, pandangan hidup, perilaku,
kebiasaan, dan cara beraktivitas dan berinteraksi sehari-hari. Anak-anak yang
tumbuh di lingkungan religious dan dibiasakan melaksanakan ajaran agama, akan
mudah mengamalkan ibadah sesuai dengan agama yang dianut. Sebaliknya, mereka
yang berada dalam lingkungan serta terpaan informasi massif yang konsumtif dan
hedonis, juga akan dengan mudah meniru apa yang dilihatnya setiap hari.
Peran para perancang program siaran, pengelola stasiun
televisi, radio, maupun media massa dalam pendidikan jelas sangat strategis
selain para pendidik dan lingkungan keluarga. Penulis berpandangan pengelola
media massa, apapun bentuknya, perlu meningkatkan kepekaan terhadap
karakteristik pelanggannya terutama dalam kaitan dengan pendidikan anak-anak
generasi muda bangsa. Pengelolaan media komunikasi massa perlu mengedepankan
sifat “ramah anak dan aman untuk keluarga”.
Pendidikan anak-anak generasi muda bangsa ini harus menjadi
prioritas dan pertimbangan utama dalam menyajikan informasi. Ketokohan yang
ditayangkan hendaknya memberikan nilai-nilai keteladanan dan sikap positif dan
membangun optimisme. Etos produktif dan semangat wirausaha perlu disebarkan
melalui tayangan dan siaran media. Dengan memanfaatkan teknologi informasi kita
dapat menanamkan nilai-nilai dan budaya bangsa serta membangun karakter bangsa
dalam diri peserta didik. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar